Latar Belakang Kasus
Dexter adalah serial televisi yang telah
diangkat dari sebuah novel karangan Jeff Lindsay’s yang berjudul “Darkly Dreaming Dexter”.
Dalam film ini menceritakan tentang Dexter Morgan, adalah seorang detektif/petugas forensik di kepolisian Miami. Ia bekerja
sebagai blood spatter analyst di mana tugasnya adalah menganalisa
cipratan & pola darah di sebuah tempat kejadian pembunuhan. Dari analisanya
bisa diperoleh tentang bagaimana pembunuhan tersebut terjadi, waktu pembunuhan
sampai alat yang digunakan. Namun, Dexter juga mempunyai kepribadian lain yaitu, bila malam hari tiba dia menjadi pembunuh berantai yang sadis. Begitu ada pembunuh lain yang berhasil
lolos dari hukum, maka Dexter akan menculiknya ke sebuah ruangan khusus yang ia siapkan untuk ritual pembunuhannya.
Pada tahun 2009
ada seorang remaja bernama Andrew Conley, asal
Irlandia yang berumur 17 tahun. Andrew Conley adalah salah satu penggemar dari acara serial
televisi Dexter. Seiring dengan berjalanya waktu, Andrew Conley
merasa dirinya adalah Dexter. Andrew diketahui telah
membunuh adik kandungnya sendiri yang berumur 10 tahun bernama, Conner Conley.
Alasan ia membunuh adiknya sendiri karena ia merasa bahwa adiknya telah bersalah
dan jahat sehingga ia mempunyai hasrat untuk membunuh adiknya. Telah diketahui sebelumnya bahwa Andrew Conley
juga memiliki masalah kejiwaan, karena ia tinggal jauh dari orang tuanya
maka ia tidak mempunyai tokoh yang patut ia teladani untuk dapat ia contoh. ia sangat menyukai tokoh Dexter dalam serial televisi dan ia telah menjadikan
tokoh Dexter tersebut sebagai panutannya untuk ditiru dan dicontoh.
Pada akhirnya Andrew Conley pun mempraktekan
adegan tersebut kepada adiknya sendiri, Conner Conley. Ia membunuh adiknya
dengan cara mencekik sang adik selama 20 menit, setelah adiknya tak
sadarkan diri ia pun memasukan tubuh adiknya ke dalam sebuah tas sampah,
setelah itu ia membuang adikknya tersebut ke taman dekat rumah mereka di Rising
Sun, Indiana.
Pada tanggal 28 November 2009, Andrew
melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian, dan ia pun mengakui bahwa
dirinya sendirilah yang sudah membunuh adiknya. Andrew mengaku sudah
ingin melakukan pembunuhan selama bertahun-tahun. Ia juga pernah mengkhayal
untuk membunuh ayahnya.
Fungsi
Komunikasi Massa (Luas), Terhadap Kasus Andrew Conley
1.
Packaging & Distribution of Culture
Fungsi dari komunikasi massa
ini adalah mengemas dan menyebarkan kebudayaan melalui komunikasi massa. Media massa
yang dapat digunakan untuk menjalankan peran ini yaitu koran, televisi dan
film. Film dexter sendiri merupakan salah satu media yang digunakan untuk
mengemas dan mendistribusikan kepribadian seorang Dexter kepada penonton film
Dexter tersebut yang ternyata mempengaruhi kepribadian dari salah satu
penontonnya yaitu Andrew Conley.
2.
Popularizing & Validating Function
Fungsi ini menjelaskan bahwa
melalui komunikasi massa suatu pemahaman tentang apa itu kenyataan dan membuat
percaya atau tentang suatu kebenaran dan kebohongan, disebarkan dari suatu
tempat ke tempat yang lain, dari generasi ke generasi, yang dipopulerkan melalui proses yang disajikan dalam bentuk berita, hiburan, olahraga dan program iklan yang menceritakan kepada kita
tentang orang-orang dan kehidupannya serta cara berpikirnya dan kebiasaan
khususnya. Mempelajari tentang suatu hubungan, keluarga, kehidupan, musik, kriminalitas,
dll. Dalam hal ini komunikasi massa menyebarluaskan berita tentang kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh Andrew terhadap adik kandungnya karena
terinspirasi dari serial film terkenal yang ditayangkan di televisi dan dalam
berita ini juga dijelaskan bahwa pembunuhan yang dilakukan oleh Andrew juga
didorong karena faktor kejiwaan yang diperburuk karena tanpa adanya pengawasan
dari orangtua.
3.
Social Contact & Sense of Community
Menurut Robert Kubey dan Mihaly Csikszentmihalyi, konsumsi komunikasi massa
dapat menggantikan hubungan manusia secara langsung dan membantu seseorang
keluar dari situasi yang terisolir dan perasaan kesepian. Seperti orang yang
kekurangan interaksi dengan orang lain, contohnya pengangguran, orang yang bercerai,
janda, orang yang memiliki faktor kejiwaan, ataupun orang yang kesehatannya
menurun, lebih suka menonton televisi daripada melakukan hal lain untuk
menemani, mendapatkan informasi atau sebagai pelarian. Dari kasus Andrew
terlihat bahwa kondisinya yang memiliki kelainan jiwa dan jauh dari orangtua
serta ketertarikannya dengan kepribadian yang ada di dalam tokoh Dexter maka
akan menimbulkan kebiasaan baru yaitu terus menerus mengkonsumsi acara serial
tv tersebut untuk menemaninya yang secara tidak langsung film Dexter dengan
ceritanya yang cukup sadis ini telah menjadi bagian interaksi dengan dirinya
agar tidak merasa kesepian.
Dampak dari
Kasus Andrew Conley
1.
Dampak Kognitif
Dampak
kognitif merupakan perubahan apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi.
Dalam kasus ini dampak kognitif yang terdapat di Andrew Conley yaitu, Andrew
menjadi mengetahui sosok pembunuh bernama Dexter dan ia jadi mengetahui
cara-cara untuk membunuh orang. Andrew pun sangat menjadi terpengaruh dengan
Dexter, sehingga ia pun mempunyai persepsi bahwa membunuh bukanlah suatu hal
yang salah untuk dilakukan.
2.
Dampak Afektif
Dampak
afektif yaitu mengubah apa yang dirasakan, disenangi, dibenci. Berkaitan dengan
perasaan, rangsangan emosional, sikap atau nilai. Dampak afektif yang
mempengaruhi Andrew adalah kesenangannya ia kepada Dexter, selain itu ia juga
menyukai hal-hal yang kriminal. Pada saat menonton serial Dexter, Andrew sangat
mengamati adegan demi adegan pembunuhan dengan penuh perhatian. Hasilnya serial
tersebut telah merubahnya, dan ia pun merasakan bahwa dirinya sama seperti
Dexter. Andrew juga menyatakan bahwa hasratnya untuk membunuh sama dengan
hasrat untuk makan yang harus dipenuhi.
3.
Dampak Konotatif
Dampak
konotatif menimbulkan pola-pola tindakan, kegiatan, atau perilaku nyata yang
dapat diamati. Dampak konotatif sangat jelas terlihat sekali dari kasus ini,
yaitu dengan tindakan Andrew yang telah melakukan pembunuhan kepada adiknya
sendiri.